Kamis, 27 September 2018

ASI LEBIH BAIK DARI PADA VAKSIN.

Pernahkah kalian berfikir bahwa ASI lebih baik dari pada Vaksin?
Nah, hal pertama kali yang saya fikirkan adalah mana bisa hanya dengan Asi bisa lebih baik dari pada vaksin,dan saya baru mengetahui hal tersebut ketika bapak Moh Ani KHB S.Pd., M.Hum, menjelaskan bahwa ASI lebih baik dari pada vaksin.
Mengapa Demikian? Ternyata..
Air susu ibu tersebut mengandung sumber nutrisi yang dapat memberi perlindungan kepada bayi melalui berbagai komponen zat kekebalan yang dikandungnya. Berbagai telaah ilmiah telah dilakukan oleh para ahli terhadap komposisi ASI dan pengaruhnya terhadap kesehatan bayi. Pesan yang dapat disampaikan adalah ASI mengandung nutrisi esensial yang cukup untuk bayi walaupun ibu dalam kondisi kurang gizi sekalipun dan mampu mengatasi infeksi melalui komponen sel fagosit (pemusnah) dan imunoglobulin (antibodi). Komponen ASI lain yang juga mempunyai efek perlindungan, antara lain bifidus, laktoferin, lisozim, dan Imunoglobulin.

Faktor-faktor Kekebalan dalam ASI
Secara garis besar terdapat 2 macam kekebalan di dalam ASI, yaitu faktor kekebalan non spesifik (seperti bifidus factor, laktoferin, lisozim) dan faktor kekebalan spesifik (seperti imunoglobulin). Penjelasan singkatnya sebagai berikut :
Bifidus factor. Di dalam ASI, kadar bifidus factor 40 kali lipat lebih banyak dibanding susu sapi. Bifidus factor dalam suasana asam di dalam usus bayi akan mendorong pertumbuhan lactobasilus bifidus. Lactobasilus bifidus ini di dalam usus bayi akan mengubah laktosa yang banyak terkandung di dalam ASI menjadi asam laktat dan asam asetat, sehingga suasana usus bayi akan semakin asam. Suasana asam ini akan menghambat pertumbuhan kuman enterobacteriaceae dan Eschericia coli (E.coli) patogen, yaitu suatu jenis kuman yang paling sering menyebabkan diare pada bayi. Oleh karena itu, kuman komensal terbanyak dalam usus bayi-bayi yang mendapat ASI sejak lahir adalah bakteri bifidus. Sebaliknya, flora usus dari bayi yang mendapat susu sapi adalah kuman-kuman gram negatif (terutama bakteroides dan koliform). Maka tidak heran jika bayi yang tidak mendapat ASI lebih peka terhadap infeksi kuman patogen karena tidak adanya perlindungan seperti halnya pada bayi yang mendapat ASI.
Laktoferin. ASI mengandung laktoferin dalam kadar yang bervariasi di antara 6 mg/mL kolostrum dan tidak lebih dari 1 mg/mL di dalam ASI matur. Meskipun kadar laktoferin pada kolostrum susu sapi juga tinggi, yaitu 5mg/mL, tetapi kadar ini cepat menurun. Di dalam ASI yang matur, laktoferin selain menghambat pertumbuhan Candida albicans, juga bersama-sama (sinergistik) dengan SIgA menghambat pertumbuhan E-coli patogen.

Lisozim. Sudah lama diketahui bahwa lisozim adalah suatu substrat anti-infeksi yang sangat berguna di dalam air mata. Akhir-akhir ini terbukti bahwa di dalam ASI juga terdapat lisozim dalam kadar yang cukup tinggi (sampai 2mg/100mL), yaitu 5000 kali lebih banyak daripada susu sapi. Lisozim pada ASI ini tidak dihancurkan di dalam usus sehingga kadarnya dalam tinja masih ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Khasiat lisozim, bersama-sama dengan sistem komplemen dan SIgA dapat memecahkan dinding sel bakteri (bakteriolitik) dari kuman-kuman enterobacteriaceae dan kuman-kuman gram positif. Selain itu, lisozim diduga juga melindungi tubuh bayi dari berbagai infeksi virus antara lain virus herpes hominis.

Imunoglobulin. Semua macam imunoglobulin ditemukan di dalam ASI. Dengan tehnik yang baru, seperti imuno-electrophoresi, radio immune assay, elisa, dan sebagainya dapat diidentifikasi lebih dari 30 macam imunoglogulin. Delapan belas di antaranya berasal dari serum si ibu dan sisanya hanya ditemukan di dalam ASI atau kolostrum. Selain itu, imunoglobulin G dapat menembus plasenta dan berada pada konsentrasi yang cukup tinggi di dalam darah janin/ bayi sejak lahir sampai umur beberapa bulan, sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap beberapa macam penyakit.
Imunoglobulin terpenting dan terbanyak dalam darah manusia adalah IgG. Sebaliknya, di dalam ASI yang terpenting adalah IgA. IgA dianggap penting tidak hanya karena konsentrasinya yang tinggi, namun juga karena aktivitas biologiknya. Dari kelas IgA ini, yang paling dominan adah SIgA, yang kadarnya 90% dari seluruh kadar imunoglobulin di dalam kolostrum maupun ASI matur. Diduga fungsi utama dari SIgA adalah mencegah melekatnya kuman-kuman patogen pada dinding mukosa usus halus. Selain itu, SIgA juga diduga dapat menghambat proliferasi kuman-kuman tersebut di dalam usus, meskipun tidak sampai membunuhnya. Kadar imunoglobulin di dalam payudara kiri dan kanan adalah sama dan kadar ini juga konstan di dalam ASI. Kadar ini selalu sama baik pada permulaan laktasi (menyusui) maupun pada akhir laktasi dan juga konstan tiap 24 jamnya.

Setelah melahirkan, seorang ibu hendaknya menyusui putra maupun putri mereka secara intensif. Dengan pemberian ASI secara intensif, tentunya bayi akan mendapatkan manfaat optimal seperti terhindar dari infeksi. Pemberian ASI sendiri sekurang-kurangnya harus dilakukan selama enam bulan pertama. Pemberian ASI yang baik akan mengurangi resiko tersrang alergi maupun infeksi. Bahkan dengan hanya memberikan ASI yang intensif ibu tidak perlu lagi memberikan vaksin buatan yang notabene mengandung bahan-bahan kimia. Dengan begitu, anak akan lebih sedikit menerima suntikan vaksin atau melakukan imunisai dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengkonsumsi ASI atau diberi susu formula. Hal ini bisa terjadi karena ASI sendiri memiliki kandungan komplek yang bener-benar dibutuhkan oleh sang anak. Beberapa kandungan yang ada di dalam ASI diantaranya adalah antibody, nutrisi, vitamin dan juga bahan-bahan imunologikal lain yang tentunya akan bisa melindungi anak dari bahaya infeksi dan juga alergi.
Dengan kata lain ASI sendiri adalah merupakan bahan alami yang secara optimal mampu meningkatkan imunitas anak. Selain itu, hanya dengan pemberian ASI ketergantungan anak terhadap vaksin berbahan kimia juga akan berkurang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar