Pernahkah kalian berfikir bahwa ASI lebih baik dari pada Vaksin?
Nah, hal pertama kali yang saya fikirkan adalah mana bisa hanya dengan Asi bisa lebih baik dari pada vaksin,dan saya baru mengetahui hal tersebut ketika bapak Moh Ani KHB S.Pd., M.Hum, menjelaskan bahwa ASI lebih baik dari pada vaksin.
Mengapa Demikian? Ternyata..
Air
susu ibu tersebut mengandung sumber nutrisi yang dapat memberi perlindungan kepada bayi
melalui berbagai komponen zat kekebalan yang dikandungnya. Berbagai telaah
ilmiah telah dilakukan oleh para ahli terhadap komposisi ASI dan pengaruhnya
terhadap kesehatan bayi. Pesan yang dapat disampaikan adalah ASI mengandung
nutrisi esensial yang cukup untuk bayi walaupun ibu dalam kondisi kurang gizi
sekalipun dan mampu mengatasi infeksi melalui komponen sel fagosit (pemusnah)
dan imunoglobulin (antibodi). Komponen ASI lain yang juga mempunyai efek
perlindungan, antara lain bifidus, laktoferin, lisozim, dan Imunoglobulin.
Faktor-faktor Kekebalan dalam ASI
Secara garis besar
terdapat 2 macam kekebalan di dalam ASI, yaitu faktor kekebalan non spesifik
(seperti bifidus factor, laktoferin, lisozim) dan faktor kekebalan spesifik
(seperti imunoglobulin). Penjelasan singkatnya sebagai berikut :
Bifidus
factor. Di dalam ASI, kadar
bifidus factor 40 kali lipat lebih banyak dibanding susu sapi. Bifidus factor
dalam suasana asam di dalam usus bayi akan mendorong pertumbuhan lactobasilus
bifidus. Lactobasilus bifidus ini di dalam usus bayi akan mengubah laktosa yang
banyak terkandung di dalam ASI menjadi asam laktat dan asam asetat, sehingga
suasana usus bayi akan semakin asam. Suasana asam ini akan menghambat
pertumbuhan kuman enterobacteriaceae dan Eschericia coli (E.coli) patogen,
yaitu suatu jenis kuman yang paling sering menyebabkan diare pada bayi. Oleh
karena itu, kuman komensal terbanyak dalam usus bayi-bayi yang mendapat ASI
sejak lahir adalah bakteri bifidus. Sebaliknya, flora usus dari bayi yang
mendapat susu sapi adalah kuman-kuman gram negatif (terutama bakteroides dan
koliform). Maka tidak heran jika bayi yang tidak mendapat ASI lebih peka
terhadap infeksi kuman patogen karena tidak adanya perlindungan seperti halnya
pada bayi yang mendapat ASI.
Laktoferin. ASI mengandung laktoferin dalam kadar yang bervariasi di
antara 6 mg/mL kolostrum dan tidak lebih dari 1 mg/mL di dalam ASI matur.
Meskipun kadar laktoferin pada kolostrum susu sapi juga tinggi, yaitu 5mg/mL,
tetapi kadar ini cepat menurun. Di dalam ASI yang matur, laktoferin selain
menghambat pertumbuhan Candida albicans, juga bersama-sama (sinergistik) dengan
SIgA menghambat pertumbuhan E-coli patogen.
Lisozim. Sudah lama diketahui bahwa lisozim adalah suatu substrat
anti-infeksi yang sangat berguna di dalam air mata. Akhir-akhir ini terbukti
bahwa di dalam ASI juga terdapat lisozim dalam kadar yang cukup tinggi (sampai
2mg/100mL), yaitu 5000 kali lebih banyak daripada susu sapi. Lisozim pada ASI
ini tidak dihancurkan di dalam usus sehingga kadarnya dalam tinja masih
ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Khasiat lisozim, bersama-sama
dengan sistem komplemen dan SIgA dapat memecahkan dinding sel bakteri
(bakteriolitik) dari kuman-kuman enterobacteriaceae dan kuman-kuman gram
positif. Selain itu, lisozim diduga juga melindungi tubuh bayi dari berbagai
infeksi virus antara lain virus herpes hominis.
Imunoglobulin. Semua macam imunoglobulin ditemukan di dalam ASI. Dengan
tehnik yang baru, seperti imuno-electrophoresi, radio immune assay, elisa, dan
sebagainya dapat diidentifikasi lebih dari 30 macam imunoglogulin. Delapan
belas di antaranya berasal dari serum si ibu dan sisanya hanya ditemukan di
dalam ASI atau kolostrum. Selain itu, imunoglobulin G dapat menembus plasenta
dan berada pada konsentrasi yang cukup tinggi di dalam darah janin/ bayi sejak
lahir sampai umur beberapa bulan, sehingga dapat memberikan perlindungan
terhadap beberapa macam penyakit.
Imunoglobulin
terpenting dan terbanyak dalam darah manusia adalah IgG. Sebaliknya, di dalam
ASI yang terpenting adalah IgA. IgA dianggap penting tidak hanya karena
konsentrasinya yang tinggi, namun juga karena aktivitas biologiknya. Dari kelas
IgA ini, yang paling dominan adah SIgA, yang kadarnya 90% dari seluruh kadar
imunoglobulin di dalam kolostrum maupun ASI matur. Diduga fungsi utama dari
SIgA adalah mencegah melekatnya kuman-kuman patogen pada dinding mukosa usus
halus. Selain itu, SIgA juga diduga dapat menghambat proliferasi kuman-kuman
tersebut di dalam usus, meskipun tidak sampai membunuhnya. Kadar imunoglobulin
di dalam payudara kiri dan kanan adalah sama dan kadar ini juga konstan di
dalam ASI. Kadar ini selalu sama baik pada permulaan laktasi (menyusui) maupun
pada akhir laktasi dan juga konstan tiap 24 jamnya.
Setelah melahirkan, seorang ibu hendaknya menyusui putra maupun putri mereka secara intensif. Dengan pemberian ASI secara intensif, tentunya bayi akan mendapatkan manfaat optimal seperti terhindar dari infeksi. Pemberian ASI sendiri sekurang-kurangnya harus dilakukan selama enam bulan pertama. Pemberian ASI yang baik akan mengurangi resiko tersrang alergi maupun infeksi. Bahkan dengan hanya memberikan ASI yang intensif ibu tidak perlu lagi memberikan vaksin buatan yang notabene mengandung bahan-bahan kimia. Dengan begitu, anak akan lebih sedikit menerima suntikan vaksin atau melakukan imunisai dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengkonsumsi ASI atau diberi susu formula. Hal ini bisa terjadi karena ASI sendiri memiliki kandungan komplek yang bener-benar dibutuhkan oleh sang anak. Beberapa kandungan yang ada di dalam ASI diantaranya adalah antibody, nutrisi, vitamin dan juga bahan-bahan imunologikal lain yang tentunya akan bisa melindungi anak dari bahaya infeksi dan juga alergi.
Setelah melahirkan, seorang ibu hendaknya menyusui putra maupun putri mereka secara intensif. Dengan pemberian ASI secara intensif, tentunya bayi akan mendapatkan manfaat optimal seperti terhindar dari infeksi. Pemberian ASI sendiri sekurang-kurangnya harus dilakukan selama enam bulan pertama. Pemberian ASI yang baik akan mengurangi resiko tersrang alergi maupun infeksi. Bahkan dengan hanya memberikan ASI yang intensif ibu tidak perlu lagi memberikan vaksin buatan yang notabene mengandung bahan-bahan kimia. Dengan begitu, anak akan lebih sedikit menerima suntikan vaksin atau melakukan imunisai dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengkonsumsi ASI atau diberi susu formula. Hal ini bisa terjadi karena ASI sendiri memiliki kandungan komplek yang bener-benar dibutuhkan oleh sang anak. Beberapa kandungan yang ada di dalam ASI diantaranya adalah antibody, nutrisi, vitamin dan juga bahan-bahan imunologikal lain yang tentunya akan bisa melindungi anak dari bahaya infeksi dan juga alergi.
Dengan kata lain ASI sendiri
adalah merupakan bahan alami yang secara optimal mampu meningkatkan imunitas
anak. Selain itu, hanya dengan pemberian ASI ketergantungan anak terhadap
vaksin berbahan kimia juga akan berkurang.